Pertanyaanku | Assalamu'alaikum teteh, semoga Allah karuniakam kemuliaan kepada teh karin dan keluarga.
Bismillah teh, sepanjang saya menyimak materi, yg awalnya ingin saya pelajari untuk menahan marah pada anak saya (usia 20bln), justru malah membuat saya terguncang, teh.
Saya seperti melihat kilas balik ibu saya terhadap saya dulu. Saya merupakan korban chronic anger dari saya kecil sampai dewasa. Jujur saya ga betah di rumah, tetapi saya tidak diizinkan untuk sekolah jauh dari rumah yang mengharuskan saya kost/ponpes. Sampai akhirnya saya bisa keluar dari rumah itu dengan lega saat saya kuliah.
Rumah itu memang tidak nyaman teh, adik saya juga begitu sampai akhirnya ia bisa keluar rumah dengan dalih ingin SMA di ponpes sambil menghafal.
Saya tahu ibu saya juga punya inner child yang bahkan beliau denial tentang itu. Tapi rasanya luka yang menganga itu belum sepenuhnya sembuh teh
Saya sudah bertahun² mencoba berdamai dan memaafkan karena beliau memang tidak tau, juga tekanan yang tinggi karena ibu saya tidak cukup tangki cintanya dari ayah saya. Pun ibu bisa dibilang sbg pemberi nafkah keluarga karna pendapatan ayah saya bahkan tidak sampai 500rb/bulan dengan 1 istri dan 2 anak.
Saya dan adik hidup dari penghasilan ibu, kuliah dan menikah full biaya dari ibu, ibu gali lubang tutup lubang untuk memenuhi semuanya. Saya dokter, biayanya sangat mahal meskipun sudah dapat beasiswa. Saat saya ingat jerih payah ibu saya sedih teh, berat sekali dan kalau saya di posisi ibu sy yakin ga mampu.
Tapi ketika ingat bagaimana perlakuan ibu ke saya, saya sakit sekali teh. Ibu tidak pernah merasa salah, menurut ibu ibu tidak pernah main tangan. Tapi lidahnya tajam sekali teh bahkan sampai saat ini.
Dampaknya skrg sy banyak menahan, tidak mau banyak interaksi/ngobrol dgn ibu, karena saya sering kebawa emosi dan bicara saya mulai naik. Kalau kata suami, saya sudah membentak ibu, tapi saya tidak sadar. Astagfirullah, bagaimana ya teh?
Saya bisa bicara lembut ke semua orang, termasuk mertua dan suami, tapi saya sulit sekali menurunkan suara ke orangtua saya. Mohon pencerahannya teh..
Perlukah saya membawa diri saya dan ibu ke psikolog bersama?
Tapi sekali lagi, ibu saya tidak pernah merasa salah... 🙁
|
---|